Saturday, August 13, 2011

Pulang



Ini adalah kesekian kalinya saya melakukan ritual pulang, setelah beberapa bulan lalu saya juga mendadak pulang dari surabaya setelah mendapat kabar bahwa ibu saya dirawat di rumah sakit. Dan kemaren saya pulang setelah menempuh perjalanan seharian melintas beberapa kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Sebuah perjalanan yang kemudian berakhir dengan kata Pulang. Kata yang menurut saya memiliki daya tarik tersendiri, teutama jika mendengar lagu 'Pulang' yang dinyanyikan Andien, sebuah lagu yang kemudian akan mengingatkan kita untuk pulang . Lagu lain yang selalu mengingatkan saya untuk pulang tentu saja adalah lagu KLA Yogyakarta, lagu yang bikin galau, lagu yang membuat selalu ingin ke Jogja .

Keinginan pulang sebenarnya sudah sejak sebelum puasa, biasanya awal puasa saya selalu, menyempatkan diri untuk pulang, untuk tarawih malama pertama, berbuka di hari pertama atau sahur pertama di rumah. Entah kenapa saya selalu punya keinginan untuk itu, Puasa selalu memunculkan kenangan tersendiri, terutama di sebuah kota kecil bernama Kotagede. Kota cikal bakal berdirinya Yogyakarta, tempat berdirinya kerajaan mataram islam, sebelum kemudian pindah ke Pleret dan ke tempat saat ini berada. Di Kota kecil ini, puasa selalu dirayakan dengan meriah, setiap pagi sehabis sholat subuh, banyak anak muda yang berjalan pagi berkeliling Kotagede sambil lirik kanan kiri siapa tau bertemu jodoh. beberapa diantaranya yang lebih akstrem adalah adu mercon, lempar-lemparan mercon dan saingan gede-gedean mercon. Begitu juga ketika sore menjelang berbuka dan malam sehabis taraweh juga ramai anak-anak bermain, sebagian yang lain tadarus dan sebagian yang lain mempersiapkan untuk Takbiran.

Mungkin inilah yang disebut mestakung, semesta mendukung, ketika ingin pulang dan mendadak saya disuruh keluar kota yang dekat dengan jogja, pulanglah saya. Perjalanan pun dimulai, ke Surakarta, tempat dimana Salah satu organisasi modern di indonesia pertama berdiri, Serikat Dagang Islam. Sebuah organisasi dagang yang bermula dari para pedagang batik laweyan. Organisasi ini sempat akan dibubarkan dan kemudian para pengurusnya meminta tolong kepada Raden Tirtoadisoerjo yang oleh Pramoedya disebut sebagai perintis pers Indonesia. Tentang hal itu tertulis dalam buku "Zaman Bergerak" karya Takeshi Siraishi. Saya tidak melewatkan untuk mampir ke rumah sepupu saya yang tinggal di Laweyan, sebuah keluarga kecil sederhana yang bahagia, salah satu anaknya mendapat beasiswa di S1 Singapore dan 2 orang anak yang lain mengenyam pendidikan STAN, ketiga anak yang lain menempuh jalur akselerasi, cerdas!

Akhirnya perjalanan yang dinanti pun tiba, saya menaiki kerta prameks dengan diantar suami sepupu saya ke setasiun Purwosari. Sepi, agak gelap ketika saya memasuki setasiun purwosari dan tepat pada saat itu kereta pun berangkat menuju Jogja. Tepat waktu, penumpang datang dan pergi di setiap setasiun dan saya masih asyik menikmati perjalanan sebelum akhirnya sampai di setasiun Tugu. Jogja! Berbeda dengan perjalanan menaiki pesawat, perjalanan kereta untuk pulang membawa sensasi tersendiri, sendu, mengharu sekaligus mengasyikkan.

Hidup adalah serangkaian kejutan-kejutan yang menakjubkan menurut saya, karena saya tidak menyangka akan kembali ke Jogja sebelum mudik lebaran, dan ternyata kenyataan berkata lain, saya pun Pulang! Bertemu Ibu, berbuka bersama, sahur bersama dan menyempatkan menengok makam Ayah yang terletak di kuburan samping rumah. Alhamdulillah....

No comments: