Wednesday, March 22, 2006

AnaK MuDa......!!!

Dalam beberapa novelnya, Pram selalu menempatkan anak muda sebagai agen perubahan, yang menentukan masa depan sebuah bangsa. Bahkan dalam bukunya yang terakhir (saya terbakar amarah sendirian), Pram menyatakan bahwa bangsa ini memerlukan perubahan yang radikal dan hanya bisa dipimpin oleh generasi muda. Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah bagaimana potret anak muda di Indonesia?

Menurut beberapa perbincangan dan pengalaman bergaul dengan teman-teman, menurut saya ada dua hal yang meresahkan bagi anak muda (terutama yang sudah menyelesaikan studi) yaitu menjadi pengangguran dan jomblo. Untuk tingkat pengangguran, pada tahun 1997, angka pengangguran di Indonesia sebesar 4,7% dari total angkatan kerja, kemudian meningkat menjadi 6,08% (2000), 8,1% (2001), 9,86% (2004), dan 10,9%(2005).

Secara makro bisa dilihat bahwa terjadi peningkatan angka pengangguran usia muda (berusia 15-24tahun) pada periode tahun 2000-2004. Pada tahun 2004 pengangguran yang berusia antara 15-19 tahun sebesar 37,65% dari total angka pengangguran, kemudian yang berusia 20-24 tahun sebesar 24,63%. Angka tersebut jauh lebih besar dari tahun 2000, dimana angka pengangguran yang berusia 15-19 tahun sebesar 23,46% dan yang berusia 20-24 tahun sebesar 17,56%. Untuk lebih lengkapnya lihat tabel dibawah ini.

Tabel 1.

Presentase Tingkat Pengangguran Terbuka Terhadap Angkatan Kerja Menurut Golongan Umur, Tahun 2000-2004

Golongan umur

2000

2001

2002

2003

2004

15-19

23,46%

28,72%

34,57%

36,68%

37,65%

20-24

17,56%

20,99%

23,56%

23,09%

24,63%

25-29

7,65%

8,66%

9,80%

9,73%

10,38%

30-34

3,27%

4,12%

4,52%

4,50%

4,80%

35-39

1,38%

2,36%

3,01%

2,86%

2,87%

40-44

1,01%

2,13%

2,11%

2,08%

2,27%

45-49

1,14%

2,24%

2,13%

2,29%

2,10%

50-54

0,51%

2,46%

3,09%

2,92%

2,81%

55-59

0,48%

2,63%

3,73%

4,11%

3,95%

60 +

0,21%

4,82%

2,84%

8,84%

8,00%

Sumber : Statistik Indonesia BPS, Berbagai Edisi

Peningkatan angka penganggur usia muda, bukan saja mereka yang tidak terdidik, namun juga terdidik. Di Kota Yogyakarta, struktur pencari kerja terdaftar sebagian besar adalah berpendidikan tinggi (sarjana). Pada tahun 2003 dari 4.733 pencari kerja terdaftar 47,3% berpendidikan S-1, kemudian diikuti oleh yang berpendidikan SMU sebanyak 39,7% dan D-3 sebanyak 8,79%. Pada tahun 2004 dari 18.964 pencari kerja terdaftar 61,34% berpendidikan S-1, kemudian diikuti oleh yang berpendidikan SMU sebanyak 26,72% dan D-3 sebanyak 9,08%.

Tingkat pengangguran usia muda yang semakin besar dikhawatirkan akan meningkatkan tingkat kejahatan di Indonesia. Karena anak muda memiliki potensi tinggi untuk melakukan tindakan melanggar hukum (Moffit, 1993 dan Witte, 1997). Menurut beberapa studi yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa tingkat pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kejahatan (Kerry L. Papps dan Rainer Winkelmann, 1999, Anna Nilsson and Jonas Agell, 2003 dan Eric D. Gould, Bruce A. Weinberg, and David B. Mustard, 2002).
Sehingga kombinasi antara keduanya (pengangguran berusia muda) akan sangat mengkhawatirkan. Bahkan bukan tidak mungkin peningkatan angka pengangguran usia muda akan menimbulkan gejolak sosial yang berbahaya (Samhadi, 18 Februari 2006).

Meskipun demikian anak muda merupakan agen perubahan menuju ke arah yang lebih baik di negara ini. Seperti Reformasi 1998, Proklamasi Kemerdekaan 1945, dan Sumpah Pemuda 1928 yang kesemuanya dipelopori oleh anak muda (terdidik). Sehingga sebenarnya anak muda memiliki potensi besar dalam memajukan bangsa dan negara ini. Namun hal ini sangat terkait dengan bagaimana kepedulian pengambil kebijakan di negeri ini terhadap generasi muda apakah akan membiarkan mereka menjadi pengangguran dan frustasi atau dijadikan sebagai agen perubahan dan mesin pembangunan bangsa ini.


Wallahu alam,