Aku ingin menyampaikan kepadamu sebuah cerita tentang kesetiaan,
sesuatu yang mungkin jarang kau temui dalam kehidupanmu,
atau mungkin kau tidak menyadarinya..
Ketika sebuah hubungan tak lagi personal dan menjadi sesuatu yang transaksional,
Mungkin hanya sepatu yang bisa menunjukkan kesetiaan, mengajarkan kepada kita tentang keihlasan dan kesetiaan.
Aku masih ingat ketika saat itu,kau berada di sebuah toko yang cukup besar,
Ukuranmu sangat mungil untuk ukuran toko itu,
Kau berada diantara puluhan atau bahkan ratusan pasang sebangsamu,
Berjajar rapi dalam etalase yang sengaja memperlihatkan dirimu,
Agar kau mudah tertangkap oleh mata dan diambil oleh tangan tangan mungil yang menginginkanmu.
Itulah saat dimana kau berusaha untuk memberi penampilan terbaik,
Dengan harapan memperoleh tuan yang baik,
Tuan yang menyayangimu, memakaimu dengan hati-hati, merawatmu, menjagamu.
Bulan pertama di toko itu adalah bulan terbaikmu,
Kau memperoleh tempat terdepan di toko itu,
Memperoleh kesempatan pertama untuk dipilih,
Dengan harga terbaik, meskipun semua uang yang dibayarkan bukan untukmu,
Tapi kau tetap berusaha tampil menjadi yang terbaik,
menjadi berbeda dengan yang lain,
menjadi the only one..
Ya, karena manusia ingin selalu menjadi yang pertama,
Memperoleh yang baru, mendapatkan yang bebeda dari yang lain,
Karena manusia butuh identitas,
menjadi beda itu identitas
Karena manusia memang diciptakan berbeda-beda
Seringkali mereka mendapatkan identitas mereka dari atribut fisik, seperti sepatu, baju atau yang lainnya.
Manusia sering tidak sadar kalau identitas melekat pada diri mereka,
Identitas itu ada pada perilaku mereka,
bukan pada apa yang mereka kenakan.
Manusia yang mendapatkan identitas dari atribut fisik seperti ini akan mudah bosan dengan sesuatu,
ingin selalu up to date dengan segala sesuatu,
ingin selalu yang terbaru
Mereka tidak akan berpikir kesetiaan,
tapi menjadi yang pertama,
bukan untuk menjadi yang selamanya.
Mereka berganti dari satu atribut ke atribut yang lain,
dari satu barang ke barang yang lain.
Ibarat cinta yang tak pernah usai memilih,
Selalu berganti pasangan,
Aku tak ingin bersama tuan seperti itu,
begitu ada yang baru aku akan ditinggalkan tanpa ada rasa terima kasih,
dicampakkan tanpa ada rasa kasihan.
Hingga tibalah saat itu, ketika kau memilihku,
Meski aku tidak lagi berada ditempat yang utama saat itu,
Tempatku agak dibelakang dan tertuliskan kata diskon diatasku,
Itulah diriku setelah beberapa minggu menjadi yang terdepan,
aku dipindahkan ke tempat yang agak ke belakang,
Bukan untuk dibuang, namun karena ada yang lebih baru,
Begitu juga hargaku, berganti menjadi harga baru yang lebih rendah,
Memang, seringkali kita harus merendah agar menjadi menarik,
turun harga atau diskon atau apalah istilahnya
Bukankah manusia juga begitu, harus bisa merendah,
Merendah Bukan berarti kalah, Bukan pula menyerah,
Tapi menempatkan diri sesuai dengan dirinya, tidak terlalu tinggi, tidak juga terlalu rendah, pas..
Begitu kamu memilihku,
aku tahu itu jalan hidupku, mungkin inilah yang disebit takdir,
aku akan dengan setia menemanimu tanpa lelah,
menjadi alas untuk kakimu yang mungil itu,
kaki yang kulitnya begitu halus,
terlalu sayang kalau dibiarkan tanpa alas kaki
jalanan yang kau lalui seringkali terjal, penuh kerikil tajam
dan aku menjaga kakimu dari kerikil yang menggores,
agar kakimu tak terluka, agar terjaga keindahannya
jalanan seringkali penuh dengan air, becek,
kadang juga dipenuhi kotoran yang tidak diinginkan
begitu juga kehidupan, penuh dengan kerikil tajam penuh dengan kotoran dan hal-hal yang tak kau inginkan
Tapi aku sudah berjanji dalam hatiku akan menjaga kakimu,
Meski dalam hujan, meski ketika air mennggenang, bahkan panas terik jalanan,
aku tak akan lepas dari kakimu
Sudah kodratnya sepatu sepertiku ini untuk dipakai tuannya,
untuk menjadi bermanfaat bagi pemiliknya, bagi pemilihnya
mungkin hanya politisi yang lupa kepada pemilihnya,
lupa tidak memberikan manfaat kepada pemilihnya yang telah mempercayainya,
atau memang benar-benar meninggalkan pemilihnya, eh, itu kan politik
padahal hidup akan menjadi berarti ketika bisa memberikan manfaat bagi orang lain, terutama orang yang memilihmu
Aku seringkali terharu, kalau manusia, mungkin aku sudah menitikkan air mata haru
karena seringkali kau terlalu sayang padaku,
Begitu hujan datang, ataupun ketika air menggenangi jalanan,
Kau melepasku dan menggantinya dengan sandal jepit lusuh itu
Karena kau tidak mau diriku terkoyak, rusak karena terkena air
Aaah, kau begitu sayang padaku,
begitu juga aku bertambah sayang padamu karena perlakuanmu itu
Beberapa temanku mengeluh karena tidak diperhatikan
Meskipun mereka sudah bekerja keras untuk melindungi kaki-kaki majikannya
Mereka rela basah terkena air, menjadi alas bagi kerikil tajam
Menjadi pelindung ketika panas maupun dingin
Tapi tuan mereka seringkali egois,
Mementingkan dirinya, kakinya, tanpa pernah merawat pelindungnya
Begitu ada kerusakan kecil atau warna kulit sepatu yang mulai memudar,
dibuanglah sepatu
Dicampakkannya dan diganti dengan yang baru
Tidak ada niatan merawat, memperbaiki ataupun menjaga
Seolah tidak ada rasa terimakasih karena kakinya telah di jaga bahkan dilindungi
Aaah, manusia seringkali egois, kecuali kamu..
ya mungkin hanya kamu yang begitu memahami sepatu..
kamu yang merawat sepatu
kamu yang masih mempercayai diriku untuk melindungi kakimu
meski aku sudah sedikit kusam dan badanku sudah mulai koyak,
tapi kau selalu mengobatiku, membawaku ke tukang reparasi itu
yang akan membuatku kembali utuh
aah, sepertinya kamu tak ingin melepasku
begitu juga aku yang tak ingin lepas darimu
mungkin inilah kesetiaan..
kesetiaan kamu dan aku yang saling menjaga dan melindungi..
No comments:
Post a Comment