Monday, January 11, 2010

Perjalanan di Awal Tahun

Aku pengen pulang awal tahun ini, meskipun akhir tahun kemaren juga pulang ke Jogja. Dan sekarang aku kembali menyusuri rel Jakarta Jogja dengan kereta senja yang membawa sekian banyak gerbong, entahlah sudah berapa kali aku naik kereta ini, hampir setiap bulan, paling tidak dua bulan sekali aku menumpang kereta ini. Sekarang, kebetulan aku di gerbong 7 dan masih ada 2 gerbong penumpang lagi, jadi secara keseluruhan ada 9 gerbong. Tentu saja seperti biasa kereta tua ini berjalan dengan berat, mungkin kalau bisa teriak dia sudah teriak, bukan saja karena diberi muatan terlalu banyak, tapi juga jarang dirawat. Lantainya sangat kotor, begitu pula dengan jendelanya yang buram dan beberapa kaca terlihat retak. Kipas angin juga enggan berputar terdengar dari bunyinya yang menyayat mengganggu. Begitu juga dengan toiletnya yang super duper bau tidak karuan. Suram, muram diterangi lampu yang temaram, inilah gambaran kereta senja Jakarta-Jogja. Namun, dengan segala kereyotan dan kekumuhan ini, kereta senja tetap melaju dan dicari pelanggannya yang setia meskipun kalau mau jujur sebenarnya kurang disuka.
Sampingku kebetulan seorang pegawai PLN yang baru saja dipindahkan ke serang untuk menjadi operator di pembangkit listrik tenaga uap yang baru saja dibangun. Proyek ini adalah kerjasama dengan pemerintah China, sehingga hamper seluruh alatnya didatangkan dari China, begitu juga dengan operatornya dan beliau juga sempat dikirim ke China untuk magang sesaat. Maklum-lah untuk proyek kerjasama semacam ini, Negara “donor” pasti menetapkan bahwa seluruh peralatan dari negaranya. Obrolan pun berlanjut ngalor ngidul tentang Jawa yang masih kekurangan pasokan listrik hingga istrinya yang sering kulakan di warung saudaraku di Banjarnegara. Dunia ini sempit kawan. Tapi yang masih saja bikin heran, kenapa ya kalau naik kereta, entah itu eksekutif argo, gajayana, taksaka, senja, fajar, sawunggalih, progo, KRL, KRD kok ya gak pernah dapat tempat duduk disamping cewek, klo gak bapak-bapak, om-om, ya mas-mas, OMG..
Pulang sari statsiun gak langsung pulang, tapi jalan-jalan dulu menikmati udara pagi jogja dan nongkrong di warung soto ayam pinggir jalan. Sebelumnya mengitari Malioboro dan melihat-lihat hasil karya yang dipajang dalam rangka bienalle jogja, mulai dari ujung malioboro sebelah utara hingga perempatan pancuran. Yang menarik di pagi adalah tampilan langit yang agak muram, awan yang dijejali dengan sinar matahari pagi yang mulai menyeruak. Saat yang tepat untuk mengambil potret karya bienalle dengan latar langit pagi.
Selesai dengan keasyikan mengambil potret, kemudian menuju halte trans jogja, mencoba public transport di Jogja yang ternyata lebih bagus dari Jakarta menurutku. Disini angkot tak ada yang separah Metromini 640 (baca : http://watonomics.wordpress.com/2009/10/20/membaca-kembali-ekonomi/). Meskipun ada beberapa kelakuan yang sama, naik turun penumpang seenaknya, tapi tidak separah di Jakarta yang sopirnya rela ngetem di tengah jalan hingga memacetkan ruas jalan dan mendapat umpatan dari banyak orang. Meskipun aku tidak naik bis kota (sebutan angkot di jogja), namun ketika naik trans jogja dan melihat beberapa bus kota yang lewat, konsisinya cukup lumayan, tidak terlalu berkarat seperti beberapa angkot di Jakarta lah.
Suasana di dalam trans jogja cukup unik, beberapa penumpangnya sudah saling kenal, bahkan dengan karyawan Trans Jogja juga kenal dengan baik dan kelihatan sangat akrab. Kehangatan seperti inilah yang tidak dijumpai di Jakarta, hamper semua penumpang berwajah muram, seolah-olah saling curiga kalau ternyata sampingnya copet yang selalu siap memangsa, di jogja suasana begitu cair. Pengumuman lokasi halte tidak diumumkan lewat corong otomatis seperti di Bussway Jakarta, namun diteriakkan oleh seorang kernet wanita. Hal lain yang menarik adalah, bus sebelumnya rela mundur kembali untuk menampung penumpang yang transit.

2 comments:

wahidhasan said...

wah aku bar nikah iki kadang malah 2 ato 3 minggu sekali pulang mas, hehe.. numpak senja jogja.. tp dadi penumpang ilegal.. sing penting tekan jogja.. haha

anta said...

wooo, kui sing marakne kereta api penuh sesak penumpang, ckckck... wis mampu wae kok ya masih illegal,hehe