Aku hanya ingin menyapamu malam ini, ya malam ini
Aku hanya ingin memejamkan mataku cepat-cepat, agar bisa bangun lebih cepat
Untuk kemudian duduk bersimpuh di dalam gelap dalam sepertiga malam ini, ketika semua sudah terlelap,
Dengan menengadahkan tanganku kumemohon, berdoa untuk kebaikan dan kebahagiaanmu kelak
Agar tak ada lagi air mata kesedihan yang tumpah dan mengalir melewati wajahmu
Agar tak ada lagi kegelisahan tak berkesesudahan yang menelusup ke dalam hatimu
Bukankah sepertiga malam terakhir adalah waktu yang mustajab? Waktu yang diutamakan untuk berdoa
Seperti halnya waktu antara dua khutbah dalam sholat jumat, tak pernah ku lupa mendoakanmu
Begitu juga waktu kosong diantara adzan dan iqomah dikumandangkan, konon itulah saat-saat mustajab
Pada saat seperti itu ku selalu menyempatkan diri berdoa, dan menyelipkan namamu dalam doa, memohon untuk kebaikanmu,
Mungkin memang hanya dalam doa-doa itu aku bisa menyapamu, menyebut namamu dengan lirih,
Tak pernah ku berteriak dalam doaku, bukan karena ku tak ingin mereka tau kalau aku selalu mendoakanmu, namun karena Tuhan itu Maha Mendengar
Ya, Tuhan itu Maha Mendengar, Tuhan selalu akan mendengar keluh kesah umatNya, harapan-harapan umatNya
Tuhan itu juga Maha Pemurah dan Maha Penyayang, karena itulah aku memohon dan memohon kepadaNya
Tuhan itu juga Maha Bijaksana, karena itulah aku memohon yang kebaikan yang terbaik, karena Tuhan tahu yang terbaik bagi umatNya
Tapi kalau kau tanya alasan sebenarnya kenapa aku tak pernah putus mendoakanmu, karena aku begitu mencintaimu, ya hanya karena itu, mencintaimu..
Dan aku tak pernah kecewa telah mencintaimu, bukankah cinta itu anugerah terbesar bagi manusia?
Pernahkan kau membayangkan betapa keringnya dunia tanpa cinta, tanpa rasa? Hampa! Seperti ruang angkasa yang kosong dan sunyi tanpa udara..
"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian." (Pramoedya Ananta Toer)
Saturday, September 10, 2011
Friday, September 02, 2011
Menulis itu kayak Pup
Kalau meniru kata syahrini, keyboard itu adalah 'sesuatu'. Ada perasaan lain ketika menuliskan sebuah kata dengan menggunakan keyboard, suaranya dan ketukannya. Berbeda dengan ketika menulis menggunakan tablet, serasa ada yang kurang, ada yang hilang. Dan entah kenapa itu berpengaruh pada ide tulisan yang agak tesendat, seperti aliran sungai yang dipenuhi sampah, mengalir lambat.
Mungkin suara dan tekanan pada keyboard memberikan stimulus pada otak untuk bisa mengeluarkan celotehan seperti air bah yang mengalir deras menerjang semua yang menghadang dan menghempaskan apa yang menahan. Sementara tablet ini justru menahan, ngampet, kayak lagi kebelet tapi gak juga nemu toilet yang pas, toilet yang nyaman. Ya, bahkan buang air besar pun juga butuh toilet yang nyaman, kalau tidak nyaman, mungkin itu kotoran susah keluar. Begitu juga celotehan, kalau tidak menemukan media yang nyaman mungkin tidak akan keluar.
Mungkin ini analogi yang pas, menulis itu seperti buang air besar, kalau udah kebelet susah ditahan, tapi juga perlu tempat dan waktu yang pas. Pup di toilet rumah sendiri seperti apapun bentuk toiletnya pasti lebih nyaman, begitu juga dengan menulis. *(Saya pakai kata pup biar lebih ringkas). Menulis dirumah sendiri memakai komputer sendiri tentu lebih nyaman dibandingkan dengan meminjam komputer atau tablet orang. Dan pup waktu pagi tentu lebih mengasyikkan dibanding di siang bolong ketika suasana sudah berisik dan kulit mulai bersisik. Menulis juga begitu, waktu pagi lebih enak buat menulis, tenang dan menenangkan. Pup itu perlu rasa tenang, begitu juga menulis dan suasana rumah dipagi hari memberikan keduanya.
Ada banyak tingkah ketika orang-orang sedang pup, begitu juga ketika menulis. Ada yang bisa pup atau merasa lebih nyaman ketika pup sambil merokok. Ada yang pup sambil bernyanyi, ada juga yang lebih nyaman kalau pup sambil mengidupkan keran air biar gak kedengeran. Begitu juga menulis, konon lebih enak sambil merokok dan minum kopi, saya bukan perokok jadi gak tahu nikmatnya. Kalau menulis sambil minum kopi itu rasanya benar-benar Juara! Top markotop!
Bentuk closet juga menentukan, bagi saya closet jongkok itu sesuatu, jauh lebih enak dibanding closet duduk, apalagi closet duduk yg otomatis, pake sensor, merepotkan. Beberapa orang, saking fanatiknya bahkan jongkok diatas closet duduk, sampai ada tulisan di belakang closet duduk, "dilarang jongkok diatas closet duduk". Kalau dianalogikan komputer, tablet itu keren, lebih canggih, tapi menurut saya lebih nikmat menulis menggunakan keyboard di PC atau Laptop, ada keasyikan tersendiri disana yang tidak tergantikan oleh tablet!
Jadi yang namanya pup itu ya jongkok, itu kenapa pup sering disebut jongkok, dan mengetik tulisan itu ya di keyboard, klo di layar itu serasa kurang pas. Kayak pup di closet duduk yang serasa kurang nyaman dan susah keluar, ngetik dilayar itu kurang pas dan itu bikin ide susah keluar..
Itu sedikit kekatrokan saya, sampai bertemu lagi dengan ke katrokan yg lain...
Mungkin suara dan tekanan pada keyboard memberikan stimulus pada otak untuk bisa mengeluarkan celotehan seperti air bah yang mengalir deras menerjang semua yang menghadang dan menghempaskan apa yang menahan. Sementara tablet ini justru menahan, ngampet, kayak lagi kebelet tapi gak juga nemu toilet yang pas, toilet yang nyaman. Ya, bahkan buang air besar pun juga butuh toilet yang nyaman, kalau tidak nyaman, mungkin itu kotoran susah keluar. Begitu juga celotehan, kalau tidak menemukan media yang nyaman mungkin tidak akan keluar.
Mungkin ini analogi yang pas, menulis itu seperti buang air besar, kalau udah kebelet susah ditahan, tapi juga perlu tempat dan waktu yang pas. Pup di toilet rumah sendiri seperti apapun bentuk toiletnya pasti lebih nyaman, begitu juga dengan menulis. *(Saya pakai kata pup biar lebih ringkas). Menulis dirumah sendiri memakai komputer sendiri tentu lebih nyaman dibandingkan dengan meminjam komputer atau tablet orang. Dan pup waktu pagi tentu lebih mengasyikkan dibanding di siang bolong ketika suasana sudah berisik dan kulit mulai bersisik. Menulis juga begitu, waktu pagi lebih enak buat menulis, tenang dan menenangkan. Pup itu perlu rasa tenang, begitu juga menulis dan suasana rumah dipagi hari memberikan keduanya.
Ada banyak tingkah ketika orang-orang sedang pup, begitu juga ketika menulis. Ada yang bisa pup atau merasa lebih nyaman ketika pup sambil merokok. Ada yang pup sambil bernyanyi, ada juga yang lebih nyaman kalau pup sambil mengidupkan keran air biar gak kedengeran. Begitu juga menulis, konon lebih enak sambil merokok dan minum kopi, saya bukan perokok jadi gak tahu nikmatnya. Kalau menulis sambil minum kopi itu rasanya benar-benar Juara! Top markotop!
Bentuk closet juga menentukan, bagi saya closet jongkok itu sesuatu, jauh lebih enak dibanding closet duduk, apalagi closet duduk yg otomatis, pake sensor, merepotkan. Beberapa orang, saking fanatiknya bahkan jongkok diatas closet duduk, sampai ada tulisan di belakang closet duduk, "dilarang jongkok diatas closet duduk". Kalau dianalogikan komputer, tablet itu keren, lebih canggih, tapi menurut saya lebih nikmat menulis menggunakan keyboard di PC atau Laptop, ada keasyikan tersendiri disana yang tidak tergantikan oleh tablet!
Jadi yang namanya pup itu ya jongkok, itu kenapa pup sering disebut jongkok, dan mengetik tulisan itu ya di keyboard, klo di layar itu serasa kurang pas. Kayak pup di closet duduk yang serasa kurang nyaman dan susah keluar, ngetik dilayar itu kurang pas dan itu bikin ide susah keluar..
Itu sedikit kekatrokan saya, sampai bertemu lagi dengan ke katrokan yg lain...
Subscribe to:
Posts (Atom)